Niki dan Keza, dua orang itu duduk tidak tenang sambil
menyorongkan wajahnya ke depan . Sedangkan Gia yang duduk di seberang mereka,
yang berperan sebagai pencerita, si pemegang kunci ketenangan batin sahabatnya
malah sibuk mempermainkan mereka. Alih-alih mendongeng dia memilih melemparkan
pandangannya pada langit senja, tersenyum pada awan putih yang terciprat
warna-warna jingga.
Bohong! Jika ditilik dari logika manapun, sebenarnya dia
tidak tersenyum pada awan yang biasa saja itu, awan jingga saat senja- apa
istimewanya? Awan itu hanyalah alibinya untuk senyam- senyum sendiri agar tidak
dianggap gila. Dan sampai sekarang, dia masih melakukan hal itu, tersenyum
dalam wajah dreamy nya.